Banyak kicauan di twitter yang menayangkan foto saya dengan Bunda
Putri. Di foto itu ada seorang lagi yang saya tak ingat siapa gerangan
nama dan latar belakangnya. Lebih banyak lagi komentar dan pertanyaan
yang diajukan pada saya. Sejumlah wartawan juga bertanya tentang
hubungan saya dengan Bunda Putri. Senin malam (21/9) ada yang bercerita
muncul lagi foto saya bersama Bunda Putri di salah satu stasiun televisi
swasta. Saya tidak mengomentari kicauan di twitter, juga tidak bersedia
menjawab pertanyaan wartawan. Semoga tulisan ini menjadi penggantinya.
Saya pertama kali bertemu Bunda Putri tahun 2007 di coffee shop hotel
Le Meridien, diperkenalkan oleh Kosasih yang juga baru saya
kenal ketika itu. Perkenalan dengan Kosasih lewat Azwar Zulkarnaen,
rekan saya di Pergerakan Indonesia. Kosasih dan Azwar berkecimpung dalam
bisnis tambang batubara. Bunda Putri menemui saya setelah bertemu
dengan seorang menteri Somalia yang sedang berkunjung di Jakarta. Entah
apa urusannya, Bunda Putri tak bercerita.
Saya diajak bertemu Bunda Putri oleh Azwar karena menurutnya Bunda
Putri hendak memberikan gambaran tentang peta politik di Jakarta. Kala
itu saya berniat mengikuti konvensi bakal calon gubernur Jakarta yang
diselenggarakan oleh PDI-Perjuangan. Menurut Azwar, Bunda Putri adalah
anak dari Ahmadi, ketua DPD Golkar Jakarta di zaman Soeharto.
Pertemuan berlangsung singkat karena malam menjelang larut. Tak
banyak yang dibicarakan. Analisis Bunda Putri tentang peta politik
Jakarta pun tak ada yang baru dan kontak tak berlanjut. Saya lebih
banyak meminta nasehat politik dari Sarwono Kusumaatmaja, sejak dulu
hingga pilkada 2012 yang lalu.
Setelah cukup lama tak bertemu, staf Bunda Putri bernama Rudi
mengundang saya bertemu Bunda Putri di coffee shop hotel Grand Hyatt.
Saya diperkenalkan dengan orang-orang yang lebih dulu tiba dan beberapa
orang dari Petronas Malaysia. Sempat juga bertemu dengan Marzuki Usman,
mantan menteri pariwisata, tapi ia tak ikut dalam pertemuan ini. Kesan
saya Bunda Putri sudah kenal lama dan cukup akrab dengan Marzuki Usman.
Dengan berjalannya waktu, saya menyaksikan dengan mata kepala saya
sendiri betapa luas relasi Bunda Putri. Pada acara ulang tahun Bunda
Putri saya bertemu dengan Andi Malarangeng dan beberapa pejabat. Pernah
juga diajak bertemu dengan Purnomo Yusgiantoro di ruang VIP bandara
Supadio, Pontianak. Saya sudah beberapa kali bertemu dengan Pak Pur,
sekali di kediamannya. Di rumah Bunda Putri di Pondok Indah berjejeran
foto Bunda Putri dengan para pejabat. Tak pelak lagi, Bunda Putri memang
kenal banyak orang penting di negeri ini.
Saya tertarik mendengar kisah Petronas yang telah memenangi konsesi
ladang gas Kapodang, blok Muria. Menurut rencana, gas ini akan dialirkan
ke PLTGU Tambak Lorok. Kontrak sudah ditandatangani antara Petronas dan
PT. PLN. Namun, ada masalah dengan transmisi pipa yang akan menyalurkan
gas dari ladang Kapodang ke PLTGU Tambak Lorok. Yang akan membangun
jaringan pipa adalah Bakrie Group. Perundingan dengan Bakrie Group tak
kunjung tuntas, molor bertahun-tahun, sehingga PLTGU hingga kini tak
dioperasikan. Betapa besar kerugian negara kalau PLTGU itu dioperasikan
tanpa pasokan gas sehingga harus menggunakan BBM. Besarnya potensi
kerugian negara akibat keterlambatan realisasi pembangunan transmisi
pipa ini sudah dihitung oleh BPK. Laporan BPK saya peroleh dari Rudi,
staf Bunda Putri. Kalau tak salah, dalam tiga tahun kerugiannya hampir
sama dengan dana yang dikucurkan ke Bank Century, sekitar Rp 6 triliun.
Berdasarkan laporan BPK dan tambahan informasi yang saya peroleh dari
pejabat PT PLN, saya sempat menulis potensi kerugian negara ini. Dengan
suka cita dan sukarela saya menulis dan memaparkan kasus ini dalam
berbagai kesempatan.
Bunda Putri sangat dihormati oleh para pejabat Petronas. Bunda Putri
boleh dikatakan sebagai pelobi Petronas, tak hanya di Indonesia
melainkan juga di Timur Tengah atau Afrika. Itulah barangkali yang
menjelaskan mengapa Bunda Putri kenal dengan menteri Somalia.
Cerita Bunda Putri dan stafnya tentu saja lebih detail dan membuat
yang mendengarkannya geram terhadap sepak terjang Bakrie Group. Yang
saya tuliskan sebatas fakta yang saya baca dalam laporan BPK dan
informasi dari internal PT PLN. Informasi dari internal PT PLN, Laporan
BPK, serta penjelasan Bunda Putri dan stafnya klop.
Saya pun diceritakan tentang keterlibatan Bunda Putri membantu
kelistrikan di Kalimantan Barat. Saya tak terlibat sama sekali. Cuma
sempat diperkenalkan dengan pihak pemasok listrik dari Sarawak yang
hendak menjual listrik ke Kalimantan Barat. Penjualan listrik ini sudah
terwujud. Sebagian wilayah Kalimantan Barat beroleh aliran listrik dari
Malaysia. PT PLN yang membangun saluran transmisinya.
Kami beberapa kali bertemu di Pontianak karena saya kebetulan sudah
hampir 10 tahun mengajar di Universitas Tanjung Pura sampai sekarang.
Beberapa kali kebetulan waktu mengajar bersamaan dengan kehadiran Bunda
Putri di Pontianak. Bunda Putri mengenal banyak pejabat di Kalimantan
Barat. Di mata Bunda Putri, saya tak asing dengan kondisi Pontianak
khususnya dan Kalimantan Barat umumnya. Dengan latar belakang itu, saya
diminta menjadi anggota tim percepatan investasi di Kalimantan Barat.
Seingat saya, Bunda Putri sebagai ketuanya. Surat Keputusan tim ini
resmi ditandatangani oleh Gubernur Kalimantan Barat. Sekretaris tim
adalah Ketua Bappeda Kalimantan Barat.
Kalau tak salah ingat, sebagai anggota tim saya terlibat dalam tiga
kesempatan. Pertama, bertemu dengan Gubernur Kalimantan Barat di rumah
dinas Gubernur. Kedua, menjadi pembicara seminar di kantor gubernur
dengan tema percepatan pembangunan di Kalimantan Barat. Ketiga, ikut
mendampingi delegasi calon investor dari China yang berkunjung ke
Kalimantan Barat. Saya hanya menyertai beberapa pertemuan di Pontianak.
Dalam setiap pertemuan itu, beberapa jajaran setingkat dinas memaparkan
potensi ekonomi Kalimantan Barat di hadapan delegasi China.
Bunda Putri dan stafnya pernah pula bercerita tentang pabrik pupuk di
Kalimantan Barat yang dimiliki Bunda Putri. Bunda Putri senang tanaman.
Ia merupakan alumnus IPB, kalau tidak salah seangkatan dengan ekonom
Iman Sugema.
Kontak dengan Bunda Putri selebihnya sebatas ngobrol dengan kerabat
Bunda Putri, mulai dari pengacara, politisi, pengusaha, pejabat pemda,
dan sanak familinya. Rasanya saya lebih sering tak bisa hadir karena
biasanya pemberitahuan acara pertemuan sangat mendadak. Kalau sedang
luang, baru saya datang. Tak pernah saya bertemu hanya berdua dengan
Bunda Putri. Hampir semua pertemuan biasanya meriah dengan banyak
pesertanya. Kadang sekedar makan malam bersama.
Siapa pun yang pernah berjumpa dengan Bunda Putri sangat boleh jadi
punya kesan Ibu Putri memiliki relasi yang luas, bicaranya lugas tanpa
tedeng aling-aling. Dalam suatu kunjungan di Pontianak, saya berjumpa
dengan Adik dari Wakil Presiden, pensiunan BI bernama Ibu Tuti. Tak ada
urusan politik dan bisnis yang kami bicarakan. Ibu Tuti bicara tentang
kegiatan sosial dan kesenian. Kebetulan Kepala BI Pontianak adalah
mantan koleganya di BI. Jadi, pertemuan itu juga dihadiri oleh Kepala BI
Pontianak.
Satu hal kecil yang teringat, Bunda Putri gemar menyantap durian.
Larut malam sekalipun, kalau sedang musim durian, Bunda Putri hampir
selalu mengajak rombongan ke sentra durian di Pontianak. Sewaktu
menghadiri acara pernikahan putra pejabat Petronas di Kuala Lumpur pun,
tengah malam kami mendatangi pasar rakyat untuk menyantap durian.
Begitulah sekelumit pengenalan dan interaksi saya dengan Bunda Putri.
Sudah hampir dua tahun saya tak berjumpa dengan sosok yang mendadak
sontak menjadi tokoh misterius. Di mata saya, rasanya ia sosok yang
tidak teramat misterius. Ia sosok yang hangat, seorang ibu yang memiliki
anak perempuan semata wayang yang telah mengaruniainya seorang cucu
lelaki. Yang membuat dia semakin misterius adalah komentar Presiden yang
mengatakan 2.000 persen tak mengenalnya dan para petinggi PKS yang
begitu saja menelan mentah-mentah apa yang mereka dengar dari ucapan
Bunda Putri. Entahlah.
sumber : http://faisalbasri01.wordpress.com/2013/10/21/bunda-putri-yang-saya-kenal/